Pondok Pesantren Al-Irsyad Semarang Pastikan Tolak Santri Penderita Hepatitis B

[JAKARTA, MASJIDUNA] – Kebijakan bebas penyakit berat dan menular sebagai syarat masuk ke pondok pesantren dikonfirmasi oleh Pondok Pesantren Al Irsyad Tengaran, Semarang, Jawa Tengah. Kebijakan tersebut semata-mata untuk kebaikan bersama.

Koordinator Klinik Kesehatan Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran, Semarang Agung Prasetyo mengatakan pihaknya memang membuat aturan syarat calon santri baru harus terbebas dari penyakit berat dan menular. “Karena memang itu ada kesepakatan dan itu sudah menjadi aturan pesantren bahwa yang menderita penyakit berat dan menular tidak diperkenankan,” ujar Agung saat berbincang dengan MASJIDUNA.COM, Senin (2/11/2020).

Menurut dia, aturan tersebut sebagai upaya penyaringan tahap awal calon santri agar betul-betul sehat. “Kalau tahap awal tidak bisa menunjukan bebas penyakit (hepatitis B, asma berat, epilepsi, jantung, TBC), mohon maaf tidak bisa karena menjaga santri lainnya. Tidak bisa ditolelir,” tambah Agung.

Hanya saja, imbuh dia, jika dalam perjalananya santri selama mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Islam al-Irsyad menderita penyakit yang masuk kategori berat dan menular, pihaknya memberi toleransi. “Di tengah jalan terkena hepatitis B atau TBC, yang bersangkutan tidak dikelaurkan kita kasih toleran sampai sembuh hingga benar-benar sembuh setelah ada pemeriksaan dari dokter,” ucap Agung.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kebijakan pondok pesantren yang mensyaratkan calon santri terbebas dari hepatitis B menimbulkan polemik. Seperti MASJIDUNA.COM lihat di media sosial protes atas kebijakan ini. Melalui tagar #PendidikanUntukSemua memrotes kebijakan tersebut.

“Hasil tes HBSAg (Hepatitis B) sebagai syarat penerimaan siswa baru? Untuk Apa? Takut ia menularkan ke santri/siswa lainnya? Tidak. Hepatitis B menular melalui cairan sesksual dan persalinan dari darah ibunda mereka ke dirinya” sebagaimana dalam poster yang tersebar di media sosial tersebut.

Di bagian lain, protes tersebut juga menyebutkan penderita hepatitis kronis nyaris tidak memiliki gejala sakit namun belum dapat disembuhkan. “TIDAK BERBAHAYA, tidak mengancam dan tidak menghambat proses belajar pendidikan berasrama,” tulis poster digital tersebut.

Di bagian lain, warga internet meminta agar tidak terjadi diskriminasi terhadap siswa dan calon siswa dengan HBSsAg Reaktif.”Stop Diskriminasi terhadap siswa dan calon siswa dengan HBsAg Reaktif,” tutup poster digital tersebut.

[RAN/Foto: Internet]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *