(9) Ramadan di Sydney: Punchbowl Community Centre, Tempat Diaspora Timur Tengah

LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Prof. Dr. Hamka/UHAMKA, Pemerhati Sosial Keagamaan)

[PUNCHBOWL, SYDNEY, MASJIDUNA] — Kabarnya dalam satu dasawarsa terakhir, perkembangan jumlah masjid di Sydney Raya sangatlah cepat (dibanding dasawarsa-dasawarsa sebelumnya). Pengertian “masjid” di sini mencakup yang terdaftar resmi sebagai place of worship (tempat ibadah), ruangan (berlabel “masjid”) di suatu markas perkumpulan yang bisa menyelenggarakan kegiatan komunitas yang umum (termasuk ibadah), atau ruangan yang mungkin lebih umum disebut musala.

Akan tetapi, kebutuhan tempat ibadah yang baru (terutama di kantong-kantong muslim) masih sangatlah tinggi. Buktinya, banyak masjid yang menggelar shalat Jumat dalam dua atau tiga gelombang. Selain itu, banyak community centre (gedung serbaguna/pusat kegiatan masyarakat) yang menjadi tempat shalat Jumat dan ibadah tarawih. Di kawasan Canterbury-Bankstown, bisa dibilang hampir tidak ada community centre yang tidak menjadi tempat jumatan atau tarawih.

Salah satu community centre yang rutin menjadi tempat jumatan dan tarawih adalah Punchbowl Community Centre, yang hanya sejarak 3 menit dari tempat saya tinggal. Sebuah perkumpulan diaspora Timur Tengah (yang tidak menonjolkan namanya) menjadi penyelenggaranya.

Di sini jumatan dan tarawih relatif selalu penuh. Jamaahnya didominasi wajah-wajah pekerja, banyak di antaranya adalah keturunan Lebanon atau negara sekitarnya.

Malam ini (18/3/24) diadakan tarawih kedelapan di tempat ini. Tarawih plus witir dilaksanakan dalam 11 rakaat. Didahului shalat isya berjamaah tentunya. Sebelum tarawih, bilal melantunkan (melagukan) doa singkat. Ditutup dengan seruan: shalatut-tarawih atsabakumullah.

Tarawih dilakukan dengan salam setiap dua rakaat. Di sela tarawih, jamaah menjaharkan zikir (dengan dilantunkan): Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, la hawla wala quwwata illa billahil-‘aliyyil-‘azhim, astaghfirullah. Lalu bilal menutup dengan lantunan shalawat (dengan suara bercengkok): Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad, atau Khayral-anbiya’i wal-mursalin, shallu ‘alayh, atau doa Allahumma taqabbal minna.

Sebelum witir, bilal melantunkan beberapa doa, dan menutupnya dengan seruan: Shalatul-witri atsabakumullah. Setelah witir tak ada bebacaan zikir atau doa yang dilantunkan.

Witir dilaksanakan dengan sekali salam, dengan tahiyat awal di rakaat kedua. Jadi formasi rakaat tarawih dan witirnya: 2+2+2+2+3 dengan tahiyat awal pada shalat witirnya.

Tempo shalat berlangsung sedang. Pada shalat tarawih, imam membaca surah al-Mulk sesudah al-Fatihah — beberapa ayat setiap rakaatnya hingga khatam di rakaat kedelapan. Saat witir, dibacanya surah al-A’la (dari ayat Qad aflaha man tazakka) di rakaat pertama, al-Kafirun di rakaat kedua, dan al-Ikhlas di rakaat terakhir. Saat rakaat ketiga witir, dibacakan qunut, tapi sebelum rukuk dan didahului takbir. Qunutnya tidak terlalu panjang, tetapi bagian akhirnya adalah doa untuk pejuang dan rakyat Gaza, dan Palestina secara lebih umum.

Dari shalat isya hingga witir, rangkaian qiyam ramadan di tempat ini berlangsung selama 50 menit. Tidak ada maklumat ataupun ceramah ujaran nasihat, sehingga kami pun kali ini bisa pulang lebih cepat. Jam 9:36 malam kami meninggalkan community centre ini. [RAN/Foto: DokPri]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *