(3) Ramadan Bersama Asmaul Husna: Al-‘Aliy

Oleh: Dr. Izza Rohman, M.A. [Dosen di Universitas Prof. Dr. Hamka  (Uhamka), Jakarta]

MANUSIA  memerlukan Tuhan Yang Mahatinggi. Ini membantunya menyadari kedudukan sebagai hamba. Menjadi hamba Allah adalah tingkat tertinggi yang dapat dicita-citakan. Tidak menyadari ketinggian-Nya, akan menyulitkan manusia sendiri atau menjerumuskannya ke penghambaan kepada yang rendah.

Dalam al-Qur’an, tidak kurang dari enam kali manusia diingatkan bahwa Allah adalah al-‘Aliy. Misalnya di akhir Ayat Kursi, atau di ayat keempat surah asy-Syura: Lahu ma fis-samawati wa ma fil-ardh, wa huwal-‘aliyyul-‘azhim. Milik-Nyalah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Mahatinggi Mahaagung.

Allah adalah Sang Mahatinggi. Dia tinggi dari segala segi. Dia lebih tinggi dari segala ciptaan. Dia lebih tinggi dari semua ketinggian — yang dapat dibayangkan ataupun tak dapat dibayangkan. Ketinggian-Nya tidak untuk — dan tidak dapat — diukur dalam batasan akal. Dia di atas, meliputi semua yang ada, dan berkuasa atas segala sesuatu. Dia Mahatinggi dalam kehendak, kekuasaan, kekuatan, pengetahuan, kemuliaan, dan kasih sayang. Ketinggian-Nya membantu manusia mengesakan-Nya: menyadari bahwa Allah tak punya sandingan, tandingan, ataupun bandingan.

Allah satu-satunya yang patut ditinggikan. Tak ada selain-Nya yang berhak ditinggikan dengan setinggi-tingginya. Hamba yang sadar, akan senantiasa merendahkan diri di hadapan Allah. Ia meningkatkan derajatnya di sisi Allah dari waktu ke waktu, sehingga semakin dekat kepada Allah. Ia tidak silau dengan ketinggian makhluk, dan memandang kemuliaannya di sisi Allah (sebagai hamba) lebih penting dari ketinggian derajat (sebagai tuan) di mata manusia.

Allah satu-satunya yang dapat meninggikan derajat. Allah saja yang dapat meninggikan akhlak, ilmu, kemuliaan, dan peradaban manusia. Tak ada yang sepatutnya manusia jadikan sandaran untuk selamat dari keterpurukan dan meraih ketinggian selain Allah Yang Mahatinggi.

Hamba al-‘Aliy tidak menyombongkan diri di hadapan sesama sekalipun berkedudukan tinggi di tengah mereka. Ia memanusiakan manusia, menghargai semua orang, dan membantu mereka yang membutuhkan pertolongan. Ia membantu orang untuk tidak merasa rendah di hadapan makhluk dan untuk mengharapkan ketinggian derajat dari sisi Allah. 

“Ya Allah, tiada ilah selain-Mu. Tak ada yang kuasa mengangkat derajat kami bila Engkau tiada menghendaki. Tinggikan derajat kami di sisi-Mu, sungguh Engkaulah al-‘Ali, Sang Mahatinggi.”

[RAN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *