Juru Bicara Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Pusat Akhmad Fauzin. Foto: Kemenag Tuban
[JAKARTA, MASJIDUNA] — Wukuf di Arafah merupakan rangkaian haji yang utama dan wajib yang harus dilaksanakan seluruh jemaah haji. Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) yang telah ditetapkan, jemaah bakal melaksanakan wukuf di Arafah pada Selasa (27/6/2023) esok.
Juru Bicara Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Pusat Akhmad Fauzin mengatakan jemaah secara bertahap beranjak dari Hotel ke Arafah pada Senin (26 Juni 2023) pagi hingga malam. Kesiapan fasilitas di Arafah, termasuk di Muzdalifah dan Mina untuk jemaah haji Indonesia telah ditinjau dan dicek langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Menurutnya, berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga tanggal 25 Juni 2023, pukul 24.00 WIB, jumlah jemaah gelombang II yang telah tiba di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah berjumlah 107.348 orang atau 282 kelompok terbang.
“Alhamdulillah, fase keberangkatan jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi sudah selesai. Fase ini berlangsung sejak 24 Mei – 24 Juni 2023,” ujarnya melalui keterangannya, Minggu (25/6/2023) kemarin.
Baca juga:
- Jemaah Haji Indonesia Diingatkan Tidak Selfie Berlebihan di Masjidil Haram
- Sanksi Denda Menanti Jemaah Haji Kedapatan Merokok di Kawasan Masjid Nabawi
Fauzin menuuturkan untuk dapat menjadi haji yang mambrur, setidaknya ada empat hal yang perlu dimiliki dan direnungkan jemaah. Pertama, bekal niat yang ikhlas. Menurutnya, niat ikhlas dan ketaqwaan hanya meraih ridha Allah Subhanahu Watta Ala. Sebaliknya, niat ikhlas tersebut tidak ternodai dengan riya’, sum’ah, berbangga diri atau kesombongan.
“Untuk itu, haji harus dilaksanakan dengan tawadu’, tenang dan khusyu,” ujar dia.
Dia mengutip hadis Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2890, dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Nabi Muhammad SAW menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran”. (HR. Ibn Majah).
Kedua, bekal biaya yang halal. Menurutnya, Allah adalah zat yang thayyib dan tidak menerima kecuali yang baik.. Bekal haji harus bersih dari hal-hal syubhat, apalagi haram. Jika dalam bekalnya ada barang yang syubhat, harta ghashab atau haram, secara hukum hajinya sah, namun tidak diterima.
Ketiga, melaksanakan rukun, wajib dan sunnah haji, serta menghindari semua larangan. Pasalnya, setiap jemaah haji wajib memahami ilmu manasik. Sebab, kesuksesan sebuah amal bergantung terhadap ilmu. Nah, jelang keberangkatan ke Armina, jemaah dapat memperdalam kembali pengetahuan manasik hajinya dengan membaca buku manasik.
Kemudiain mengikuti majelis manasik yang diselenggarakan di masing masing hotel yang diselenggarakan para pembimbing ibadah. Keempat, menjaga diri dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Khususnya rofats (kata kotor), fusuq (perbuatan kotor) dan jidal (berkelahi atau berdebat).
“Perbanyak zikir, selalu berdoa agar menjadi haji mabrur,” pungkasnya.
[AR]