[JAKARTA, MASJIDUNA]—Tanpa sungkan dan canggung Dzurrotun Ghola masuk ke perkampungan padat penduduk di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan dan sekitarnya. Perempuan 42 tahun ini mengajar ngaji anak-anak PAUD dan membimbing remaja agar terbebas dari narkoba. Kegiatan rutin itu dia lakukan usai shalat dhuha setiap Selasa dan Kamis. Kegiatan mengajar ngaji tak terhalang tempat. Bisa di tempat parkir atau halaman rumah. Ghola juga bertindak sebagai konsultan perkawinan, terutama nasihat untuk pasangan pengantin muda agar tak mudah bercerai.
Penyuluh dari Kementerian Agama ini, sudah biasa blusukan. Bahkan sejak 2009, saat mulai mendapat tugas sebagai penyuluh agama, Gholah sudah akrab dengan “dunia malam”. Dia bergaul dengan para pekerja seks di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat. Bukan untuk terlibat, tapi justeru untuk memperkenalkan agama kepada mereka. Hasilnya cukup menggembirakan. Banyak yang antusias belajar mengaji meski sambil merokok dan berpakaian seadanya. Terutama anak-anak. “Mereka (PSK) tidak mau anaknya tidak bisa mengaji dan salat seperti dirinya serta ikut terjerumus di dunia malam,” kenangnya.
Upaya Ghola tak sia-sia. Ketika tugasnya pindah ke Panti Jompo Tresna Werdha, Jakarta Selatan, pada 2013, Ghola punya ‘kendaraan’ berikutnya untuk berdakwah. Saat itu, petualangan berikutnya dimulai, setiap target dakwah memiliki cara berbeda dalam menanganinya. Kakek dan nenek mantan gembel dan pengemis penghuni panti jompo lebih berat untuk diajak mengaji. “Saat diajak mengaji, mereka menolak. Maunya makan dan rokok. Karena laper,” kenangnya.
Tantangan dakwah tak menggentarkan hati Ghola. Karena Gepeng (gelandangan dan pengemis) lebih mementingkan perutnya, dirinya pun rela merogoh koceknya sendiri untuk memancing mereka mau mengaji dengan membawa makanan.
Saat itu, setiap pekan, beragam penjaja makanan disiapkan Ghola. Sekitar Rp700 ribu-Rp1 juta disiapkan untuk menghadirkan penjual somay, bakso, ketoprak per pekannya.
Dia beranggapan, untuk mengajak orang menjadi benar, harus masuk ke dunia mereka. Kalau udah masuk baru dapat ditarik. Ghola pun tak mau ladang kebaikan ini dimakan sendiri, dia pun mulai mengajak rekan sejawatnya dengan undangan via pesan singkat melalui foto-foto kegiatan dan kalimat ajakan kebaikan. Alhamdulillah ajakan tersebut disambut manis. Berkat perjuangannya, jadwal makanan selama setahun ke depan sudah terjadwal.
Tahun 2014 penyuluh Kemenag mulai menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Fatmawati dengan membuat program Bimbingan Rohani (bimroh) setiap Selasa dan Kamis. Hasil bimroh di RS. Fatmawati telah membuat seorang mantan wanita penjaja seks kembali insyaf, dengan mengabdi di pesantren.
Kini lulusan S2 dari UIN Jakarta ini dinominasikan sebagai ASN Inspiratif dari Kemenag 2020.
(IMF/foto: istimewa)