[JAKARTA, MASJIDUNA]—Mantan wakil presiden Jusuf Kalla mengaku sering berjalan-jalan ke toko buku. Salah satu rak buku yang dia datangi adalah buku-buku agama Islam. Menurut pengakuannya, saat ini buku-buku tentang Islam lebih banyak didominasi buku terjemahan. “Tidak banyak, paling terjemahan,” katanya saat menyampaikan pidato dalam acara tasyakuran dan peluncuran buku Azyumardi Azra, CBE (Politik Global dengan Islam Washatiyah, Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme), di Perpusatkaan Nasional, Rabu (4/3/2020).
Kalla pun menyebut dua orang ulama sekaligus cendekiawan yang produktif menulis yakni Buya Hamka dan Qurais Shihab. “Hamka menulis buku agama, novel dan sejarah,” paparnya. Memang, kondisi ini tak lepas dari perkembangan teknologi dan informasi yang menyebabkan banyak orang lebih memilih gadget. “Anak muda lebih suka melihat gadget. Dan tantangan buku sama juga dengan koran saat ini,” katanya.
Sementara Ayzumardi Azra yang pernah menjadi staf khusus Jusuf Kalla ketika menjadi wakil presiden mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu. “Setiap kali makan siang, ngobrol. Dan obrolan itu jadi inspirasi untuk menulis. Dan pak Jusuf Kalla mendorong saya untuk terus menulis,” kata mantan rektor UIN Syarif Hidayatulah ini.
Memang, saat ini dunia kecendekiawanan Islam boleh dibilang mengalami kemunduran. Hal itu bisa dilihat dari karya tulis atau buku yang dihasilkan. Almarhum Buya Hamka dan Nurcholis Madjid adalah contoh cendekiawan yang terus menuangkan ide-idenya dalam bentuk buku. Namun setelah itu, hanya sedikit yang mengikuti jejak keduanya.
(IMF/foto:masjiduna.com)
One thought on “Tak Banyak Cendekiawan Muslim Menulis Buku”