Dakwah Bil Medsos Sarjana Quran-Hadist

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Perkembangan dakwah Islam saat ini memasuki era medsos. Para penceramah agama tidak hanya berkhutbah di atas mimbar di hadapan jamaah, namun juga bisa memanfaatkan media sosial seperti facebook, tweeter atau instagram. Dampaknya, ribuan bahkan jutaan orang bisa menyaksikan langsung.

Bukan itu saja, kiriman khutbah dalam bentuk kutipan quran, hadits dan kisah para wali juga membanjiri dunia maya. Hal ini menjadi tantangan para juru dakwah agar terlibat namun tetap berpegang pada kaidah agama yang benar. Menurut Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadits Indonesia Fauzan Amin, setiap orang bisa dengan mudah mengunduh quran dan hadist di aplikasi. “Masalahnya, apakah kutipan itu tepat sesuai konteksnya?” katanya saat berbincang dengan MASJIDUNA, di Jakarta, Rabu (26/02/2020).

Nah, di sinilah peran para sarjana lulusan tafsir dan hadits harus ambil bagian. “Mereka harus bisa menjelaskan di medsos,” tambahnya. Misalnya, ada hadits nabi yang melarang kencing menghadap kiblat. “Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.”

Tapi, ketika itu nabi berada di Madinah. Saat ini di Indonesia, kalau kencing menghadap barat sama dengan menghadap kiblat. Sehingga hadits harus sesuai konteksnya.

Menurut Fauzan yang juga lulusan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) ini, dakwah di Medsos pun harus tetap menjunjung etika dan sopan santun. “Bila ada yang keliru tidak usah memaki-maki. Tapi beri penjelasan,” ujarnya.

Sebagai pendakwah di beberapa kementerian (Kemenpora dan Menaker), Fauzan paham kondisi saat ini yang rentan saling menyalahkan. “Saya juga pernah di-bully, baik di medsos atau langsung. Tapi, saya ingat pesan Imam Malik, kalau kamu dihina, ada dua kemungkinan. Kamu memang benar-benar hina atau orang yang belum paham,” tambah anggota pentahsih di Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Bagi Fauzan, saat ini harus lebih banyak orang yang paham agama yang masuk ke dunia medsos untuk berdakwah. “Mereka harus menulis di mana-mana,”ujar lelaki asal Madura yang selalu menyediakan waktu menulis setiap hari itu.

(IMF/foto:masjiduna.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *