Kitab Fiqih Paling Populer Karya Sulaiman Rasjid

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Sejauh ini belum ada kitab fiqih paling populer di Indonesia selain yang ditulis oleh H. Sulaiman Rasjid. Sampai tahun 2018 telah masuk cetakan ke 81, oleh penerbit Sinar Baru Algesindo. Penerbit ini bukan yang pertama menerbitkan. Dalam kata pengantarnya, sang penyusun kitab menyebutkan penerbit Djajamurni (Jakarta) yang pertama menerbitkan pada 1954.

Selanjutnya berpindah ke penerbit Attahiriyah (Jakarta), Kurnia Esa (Jakarta), CV Sinar Baru (Bandung). Rentang waktu penerbitan yang melebihi setengah abad dan terus dicetak ulang jelas menempatkan buku ini sebagai “best seller” sepanjang sejarah perbukuan di Indonesia. Bahkan dibaca lintas generasi. Hingga saat ini, hampir semua toko buku besar dan situs penjualan online, menempatkan buku setebal lebih dari 400 halaman ini dalam pajangan mereka. Itu menandakan buku ini masih banyak dicari pembaca.

Sulaiman Rasjid menceritakan bahwa buku karyanya tersebut sudah disusun sejak tahun 1938, jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Namun terbengkalai cukup lama karena kondisi negara yang belum stabil.”Sesudah penyerahan kedaulatan, oleh kawan-kawan saya diminta mengumpulkan dan menyempurnakan kembali naskah yang terbengkalai itu,” katanya.

Sebelum masuk ke tangan penerbit, buku ini pun dibaca terlebih dahulu oleh para ulama terkemuka. Salah satu yang mendapat kiriman adalah Ketua Umum Muhammadiyah kala itu, A.R. St. Mansur dan Buya Hamka.

Hamka menceritakan, saat menerima naskah kebetulan dia pun sedang bertamu ke rumah St.Mansur di Yogyakarta. Menurut Hamka, kitab fiqih karangan Sulaiman Rasjid sangat mengasyikan. “Demikian asyiknya, sehingga kadang-kadang ada yang saya kritik, tetapi sesekali bukan isinya. Cuma bahasanya,” ujar Hamka dalam pengantar buku ini.

Buku satu jilid ini memuat fiqih Islam secara lengkap namun padat mulai dari bersuci (thaharah), haji dan umrah, muamalat sampai kepada khilafah. Pada bagian daftar pustaka, tersusun 24 kitab rujukan mulai dari “Kifayatul Achyar” karya Muhammad Taqiuddin sampai buku berbahasa Belanda “Handelsrekenen door” karya A.A.P. Bouwhof en J.C.Lagerwerf.

Tidak heran bila buku fiqih ini populer di kalangan pelajar dan santri bukan saja di Indonesia, tapi juga di Malaysia.

Sulaiman Rasjid meninggal pada 26 Januari 1976 dalam usia 80 tahun. Meski sudah lama meninggalkan dunia fana, namun karya monumentalnya tetap dibaca sampai sekarang. Itulah karya sesungguhnya seorang ulama bagi umat.

(IMF/foto:darulfunun.or.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *