[JAKARTA, MASJIDUNA]—Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Yogyakarta, Gus Miftah menegur Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly terkait pernyataannya beberapaa waktu lalu. Yasona yang juga politisi PDIP kala itu membandingkan orang yang lahir di Tanjung Priok dan Menteng, punya tabiat beda dalam urusan kriminalitas. Orang yang lahir di Tanjung Priok cenderung jadi penjahat, sementara yang lahir di Menteng tidak. Hal itu dia sampaikan ketika ia berkunjung ke Lapas Narkotika Kelas IIA, Jatinegara, Jakarta pada Kamis, 16 Januari 2020.
Namun, Gus Miftah melalui unggahan di Instagramnya, menolak pernyataan tersebut.
“Assalamualaikum beberapa waktu lalu Menteri Yasonna itu membandingkan antara dua kawasan, anak yang lahir di Menteng dan di Priok itu beda katanya Priok identik dengan kekerasan dan kriminalitas,” kata Gus Miftah dalam video yang diunggah pada Sabtu, 18 Januari 2020.
Gus Miftah justeru mengingatkan bahwa penampilan bisa mengecoh. “Saya pikir Pak Menteri harus paham, tidak semua keras itu identik dengan kekerasan, tidak semua orang yang berpenampilan urakan itu identik dengan kriminalitas,” ujarnya.
Misalnya, kata Gus Miftah, penampilan para koruptor yang tidak menunjukkan bahwa dirinya sebagai kriminal padahal sudah mengambil uang rakyat untuk kepentingannya sendiri. “Pak Menteri harus ingat koruptor itu rambutnya rapih, berdasi, pakaiannya rapih tapi mereka maling uangnya rakyat. Jangan kemudian orang yang dianggap keras identik dengan kekerasan. Anda salah Pak Menteri,” ujarnya tegas namun tetap kalem dan santun.
Apa yang disampaikan Yasona, menurut Gus Miftah, adalah fenomena saat ini ketika orang sering jadi hakim dan jaksa untuk menilai orang lain.
“Kita itu sering menjadi hakim bagi kesalahan orang lain dan menjadi jaksa bagi kesalahan kita sendiri. Jangan samakan antara keras dengan kekerasan. Tidak pasti orang keras itu identik dengan kriminalitas,” kata Gus Miftah, yang ditunjuk pemerintah jadi duta Pancasila itu.
(IMF/foto:dream.co.id)