Industri Halal Menggeliat, Kapan Dirasakan Masyarakat Bawah?

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Industri halal di Indonesia makin kinclong. Hal itu seiring dengan telah disahkannya Undang-undanag Jaminan Produk Halal, serta negara-negara lain di berbagai dunia yang juga berlomba meningkatkan produk halalnya.

Lalu di mana peran masyarakat muslim Indonesia? Menurut Menteri Agama Fahrul Razi saat membuka acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2019), Indonesia punya peluang karena jumlah penduduk muslimnya terbesar di dunia.

“Jumlah penduduk beragama Islam mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk Indonesia atau 13,1 persen dari seluruh umat muslim di dunia. Dari itu saja permintaan akan produk dan pasar halal dipastikan akan terus meningkat. Berbagai layanan berbasis syariah makin meluas dan menjadi salah satu tujuan Indonesia dalam mengembangkan bisnis halal,” kata Menag.

Langkah tersebut, janji Menag, akan diikuti oleh penataan regulasi yang mendukung.

“Regulasi ini sangat penting dan strategis karena ranah halal telah menjadi urusan dan kepentingan nasional bukan urusan individu warga negara semata,”katanya.

Namun demikian, geliat industri halal belum terasa hingga masyarakat bawah. Industri halal baru sebatas pada label dan logo belaka.

Kini saatnya memberi penakanan pada semua sektor, termasuk industri pariwisata yang melibatkan banyak masyarakat. Jika tidak, negara tetangga yang akan mengambil peran ini. Menurut Menag, beberapa negara sangat aktif mendorong industri ekspor produk halal, seperti obat-obatan, kosmetika, makanan dan minuman ke atau antar negara. Bahkan, negara lain sedang membangun membangun destinasi wisata halal. Pendeknya peluang sektor halal sangat menjanjikan. “Oleh karenanya kita perlu menjadikan booming global halal ini untuk menjalin kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan,” katanya. (IMF, foto: ISEF.co.id )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *