[SURABAYA, MASJIDUNA] — Sejumlah buku agama di madrasan alias Dirasah Islamiyah kerap menjadi rujukan untuk dipelajari. Mulai madrasah ibtidaiyah hingga aliyah. Seperti Alquran Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Namun sedianya, dirasah islamiyah dapat dipandang dari tigas aspek.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Nur Kholis Setiawan dalam acara Workshop Penyusunan Buku Madrasah di Surabaya, Kamis (3/10) kemarin. “Sebagai rumpun ilmu, bidang ilmu dan spesialisasi ilmu,” ujarnya.
Kholis memaparkan, dirasah islamiyah masuk rumpun ilmu pada jenjang madrasah, mulai madrasah ibtidaiyah sampai aliyah. Sementara sebagai bidang ilmu mulai jenjang strata 1 dan sebagai spesialisasi ilmu mulai strata 2 dan strata 3. Meski begitu, setidaknya lima mata pelajaran agama di madrasah merupakan ekstrak dari Dirasah Islamiyah dengan lima dasar filosofi.
Pertama, Al-Quran Hadis. Mata pelajaran ini mengenalkan dan mengarahkan peserta didik pada sumber segala sumber. Menurutnya, sumber kebenaran dari sudut pandang manapun adalah Alquran dan sunah.
Kedua, Fikih. Ini merupakan mata pelajaran yang mengajarkan intelektualitas, kreatifitas berpikir dan keberanian berpikir. Dia menilai, mata pelajaran fikih tak hanya hafalan, tetapi kreatifitas berpikir. Fikih juga mengajarkan toleransi dan menghargai pendapat.
“Karena dalam fikih tidak bisa dielakkan adanya varian perbedaan pendapat,” ujarnya.
Ketiga, akidah akhlak. Mata pelajaran ini menanamkan pondasi agar siswa tidak terjebak ekstrimisme, baik kiri (liberalisme) maupun kanan (radikalisme). Menurutnya, adanya keseimbangan antara moraliras dan intelektualitas.
Keempat, sejarah kebudayaan Islam (SKI). Mata pelajaran ini hendak memberikan contoh. Ketika Alquran hadis mengajarkan sumber kebenaran, fikih mengajarkan intelektualitas, kreatifitas dan keberanian berpikir, maka Sejarah Kebudayaan Islam menyajikan contoh kehidupan masa lalu.
“Apa yang sudah dipraktikkan oleh para ulama. Tokoh-tokoh ilmuan Islam tidak pernah tabu berbeda pendapat, meski hubungan guru murid. Apa yang disuguhkan dalam SKI adalah contoh peradaban Islam, ada toleransi, kreatifitas berpikir, kebebasan berpikir, tetapi pada saat yang sama ada ketawadhuan (akhlak),” ujarnya.
Kelima, bahasa arab. Ini menjadi sumber utama Islam karena Alquran berbahasa Arab. Bahasa Arab diajarkan dalam rangka menggali kebenaran dari sumber kebenaran, juga dalam rangka mengkaji metode berpikir para ulama.
“Bahasa Arab yang diajarkan di Madrasah, juga di pesantren adalah bahasa peradaban klasik. Materi Bahasa Arab sekarang hendaknya dimasukkan bahasa arab modern, sebagai modal pergaulan dunia,” pungkasnya.
[AHR/Kemenag]