Bahagia dan Hina Menurut Hamka

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Ulama asal tanah Minang Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disapa Hamka, adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Salah satu kelebihan dia, selain cakap berkhutbah, adalah pandai menulis (baik sastra atau agama). Salah satu karyanya yang hingga kini masih terus dibaca orang adalah “Tasawuf Modern” yang pertama kali diterbitkan di Medan pada 1939.

Buku ini menjelaskan tentang kebahagiaan hidup menurut pandangan filsafat dan Islam. Ada satu bab yang khusus membahas tentang kebahagiaan, yaitu Bahagia dan Utama.

Menurut Hamka, dengan Islam dan Iman dan itikad yang tidak putus, sudah dapat mencapai bahagian. Namun kesempurnaan ibadah tergantung pula pada kesempurnaan budi dan otak.

Ada dua kesempurnaan perangai yang menjadi sumber bahagia, pertama keutamaan otak dan kedua keutamaan budi.

Keutamaan otak ialah dapat membedakan antara jalan bahagia dan jalan hina. “Yakin akan kebenaran barang yang benar dan berpegang padanya,” tulis Hamka.

Sebaliknya, mengetahu hal yang salah dan menjauhinya. “Semua didapat dengan otak yang cerdas, bukan karena turut-turutan, bukan karena taklid kepada pendapat orang saja,” lanjutnya.

Sedangkan keutamaan budi adalah menghilangkan semua perangai yang buruk, adat istiadat yang rendah yang oleh agama telah dinyatakan dilarang. “Serta biasakan perangai-perangai yang terpuji, yang mulia, berbekas di dalam pergaulan setiap hari dan merasa nikmat memegang adat mulai itu,” katanya.(IMF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *