[JAKARTA, MASJIDUNA]—Pemikir Islam asal Pakistan Muhammad Iqbal kembali diperbincangkan oleh sejumlah pihak. Bertempat di Pusat Dokumentasi HB Jasin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (13/9/2019), diskusi mengambil tema “Muhammad Iqbal Sang Penyair Pembangun Spiritualitas Islam di Seluruh Penjuru Dunia.” Hadir sebagai pembicara Guru Besar Uhamkad Prof.Dr. Yunan Yusuf dan Zahir Khan dari Iqbal Institut serta keynote speech Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Abdul Salik Khan.
Menurut Yunan Yusuf, sumbangan terbesar Iqbal bagi dunia Islam adalah membangkitkan semangat Islam yang sedang lesu. “Iqbal hidup ketika sebagian dunia Islam sedang dalam masa penjajahan,” katanya. Salah satu yang paling penting adalah umat Islam harus bangkit dalam segala hal.
Saat ini, Yunan sering mengutip Iqbal di kampus terutama untuk mengingatkan pentingnya soal waktu. Kebetulan Iqbal pernah menulis puisi tentang waktu.
Pemikiran Iqbal diambil dari Al-Quran. Sepulang dari studi ke negara-negara Barat, Iqbal banyak mengeritik sistem dan peradaban Barat yang dia temui. “Kala itu Barat sedang dilanda Komunisme dan Kapitalisme,” tambahnya.
Dua paham tersebut hanya berkutat pada soal materi semata. “Iqbal menawarkan spiritualitas Islam. Dalam puisinya, kapitalisme dan komunisma disindir melalui kutipan, “hanya penggemaukan badan tanpa peduli mahkota bumi.”
Muhammad Iqbal, selain dikenal sebagai ahli sastra Urdu, juga memiliki pengetahuan luas soal ekonomi, politik dan tentu saja agama. Dia lahir di Sialkot, Pakistan pada 9 November 1877 dan meninggal di Lahore pada 21 April 1938.
Menurut Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Abdul Salik Khan, Muhammad Iqbal juga dikenal sebagai tokoh nasionalis Pakistan seperti Muhammad Ali Jinah. (IMF)