Pesan Hijrah dan Nasi Jumat di Masjid Polda Metro

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Pengunjung terus berdatangan ke Polda Metro Jaya, Jumat (6/9/2019) itu. Para pengunjung sebagian besar mengantri di Kantor Samsat untuk mengurus keperluan surat-surat kendaraan seperti STNK dan SIM. Mereka masuk dan keluar dari pintu yang sudah disediakan dengan diberi kartu tanda masuk yang dikalungkan di leher.

Namun tepat pada pukul 11.30, terdengar pengumuman bahwa layanan akan dihentikan sementara guna menjalankan ibadah salat Jumat dan istirahat. “Layakan akan dibuka kembali pada pukul 13.30,” kata Aryo, polisi yang sedang berjaga.

Serempak, para pengunjung pun meninggalkan kantor Samsat dan bergegas menuju ke Masjid Al-Kautsar yang masih berada di dalam komplek Polda Metro Jaya. Masjid dua lantai itu terbilang megah dengan lampu kristal-nya yang berukuran besar. Dulu, masjid ini hanya berupa mushola kecil saja.

Kumandang bacaan quran terdengar merdu, sebelum adzan dikumandankankan. Usai adzan kedua, khatib KH Muhammad Nur Rahman naik mimbar dan menguraikan makna hijrah. Kata sang khatib, hijrah adalah berpindah ke tempat yang lebih baik. “Bila kita berada di kawasan yang sudah rusak, mungkin ada orang yang menganjurkan untuk pindah rumah. Tapi sebaiknya tetaplah berdakwah mengajak kepada kebaikan. Jika sudah tidak tahan lagi, barulah pindah,” urainya.

Di dalam hijrah pun terkandung makna meninggalkan segala keburukan dan lebih banyak mengerjakan kebaikan. Apalagi, berdasarkan sejarah, tahun hijrah ditandai dengan perpindahan Rasululah dari Makah ke Madinah. “Ada yang usul agar tahun hijriyah ditandai dengan kelahiran Rasululah, ada yang usul saat turun quran atau isra mikraj. Tapi Umar bin Khatab mengusulkan saat pindah dari Makah ke Madinah,” lanjutnya.

Khutbah Jumat yang berlangsung selama kurang lebih 25 menit itu berjalan khusyuk. Ibadah jumat diakhiri dengan salat dua rakaat dan ditutup doa.

Saat jamaah meninggalkan masjid, di halaman sudah tampak dua orang yang menjaga nasi bungkus. Nasi itu diperuntukan bagi jamaah. Boleh mengambil dengan gratis. Dalam tempo cepat nasi bungkus sederhana itu pun ludes. Jamaah ada yang menyantap di halaman ada juga di serambi masjid sambil berkumpul. Suasana guyub sangat terlihat. Setelah makan bersama, sebagian jamaah pun bubar. Ada yang kembali mengantri di kantor Samsat ada yang masuk ke ruangan kerja masing-masing. (IMF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *