[JAKARTA, MASJIDUNA]-–Masjid yang berada di pinggir jalan itu tampak biasa saja. Bila tak ada spanduk yang menempel dengan tulisan besar “Masjid Saifuddaulah”, sepintas seperti rumah atau toko yang berjejer tak jauh dari Stasiun Kereta Api Bandung, Jawa Barat. Tepatnya di Jl. Stasiun Timur no.20 Bandung.
Tapi masjid yang biasa saja itu, memiliki keistimewaan bagi para jamaah, terutama yang istirahat sehabis dalam perjalanan menggunakan kereta api atau usai berbelanja di Pasar Baru. Jam berapapun, masjid ini siap dikunjungi untuk salat atau sekedar merebahkan badan menghilangkan cape.
Gula, kopi dan teh tinggal menyeduh tanpa dipungut bayaran alias gratis. Para pedagang kaki lima boleh singgah dan menggunakan air bersih yang ada di sana. Bila Jumat tiba, usai salat, jamaah akan dibagi makan siang yang juga gratis. Tidak heran bila masjid ini lalu dikenal dengan sebutan masjid transit, semacam rest area di jalan tol.
“Ini hanya masjid biasa. Tapi kami ingin mengenalkan masjid yang ramah dan terbuka. Kami ingin menjadikan masjid sebagai tempat singgah yang nyaman dibandingkan cafe atau taman,” kata pengurus masjid Alma Aksela kepada MASJIDUNA, Rabu (4/9/2019).
Gagasan menjadikan Masjid Saifuddaulah sebagai masjid terbuka karena prihatin banyak masjid yang tertutup setelah isya. Jangankan untuk istirahat, untuk sekadar salat pun sudah tertutup. Nah, dengan dibukanya pintu masjid selama 24 jam, maka kesempatan beribadah dan silaturahmi pun semakin terbuka.
Menurut Alma, semua kebutuhan untuk makan dan minum jamaah didapat dari para donatur. “Alhamdulilah, setiap jumat selalu ada yang kirim paket makanan,” ujar Alma.
Masjid yang dikelola oleh Yayasan Corps Mubaligh Bandung ini, kini sedang merenovasi sebagian bangunannya. Tujuannya jelas, agar bisa memberikan layanan prima kepada para jamaah. Meski memberikan layanan secara gratis kepada jamaah, semua dikelola dengan profesional. (IMF)
Allahu Akbar semoga pengelola masjid Saifuddaullah selalu dibantu oleh Allah SWT ,sehingga bisa melayani umat dgn sebaik baiknya.