[BANDUNG, MASJIDUNA] – Busana muslimah atau acap disebut busana syar’i kini telah menjadi gaya hidup. Perkembangannya cukup pesat. Bermula dari komunitas terbatas kini mewabah dari merek rumahan hingga merek berbintang. Ceruk pasar busana syar’i cukup menjanjikan.
Dua dekade lalu, busana muslimah hanya identik dengan perayaan hari besar Islam saja. Seperti lebaran. Namun, dalam perkembangannya, busana muslimah telah menjadi tren muslim di Indonesia.
Pengguna busana muslimah mudah dijumpai dimana-mana. Mulai dari perkantoran milik pemerintah, perkantoran swasta, angkutan massal, termasuk di pusat perbelanjaan modern. Busana muslimah telah bertransformasi menjadi pakaian keseharian.
MASJIDUNA belum lama ini berkesempatan berbincang dengan pemilik merek Elyana, Septi Martiana Sari asal Bandung. Dia mengaku peminat busana syar’i berasal dari berbagai kelompok usia. “Mulai remaja, dewasa, bahkan sampai manula,” ujar Sari.
Ia menuturkan pasar di kalangan remaja menjadi kelompok yang menjanjikan. Ibu muda tiga anak ini beralasan, di kelompok ini diisi oleh generasi millenial yang cerdas dan pandai bergaul. “Dari kelompok ini bisa saling mempengaruhi satu dengan lainnya,” imbuh Sari. Dia mencontohkan tren hijrah yang telah menggejala di kelompok remaja, juga menjadi pemantik busana syar’i digemari banyak orang.
Sari menyebutkan kunci utama dalam busana syar’i, kendati tertutup, namun tetap enak dipandang serta tidak menganggu penglihatan. Busana yang simple serta nyaman ditekankan dalam busana syar’i. “Meski berniaga tetap ambil sisi kebaikannya jangan sampai kita berniaga hanya mengumpulkan dosa jariah bukan amal jariah,” ucap alumnus perguruan tinggi Islam negeri di Jakarta ini.
Ia mengaku, pembeli dan pelanggan produk Elyana kebanyakan warna hitam menjadi pilihan favorit. Meski untuk warna lainnya seperti warna pastel, biru navy dan merah maroon tetap diminati oleh penikmat busana syar’i. “Yang pasti warna hitam menjadi best seller dalam setiap penjualan,” aku Sari.
Untuk penjualan produk busana syar’i, Sari mengaku memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produk-produknya. Menurut dia, jejaring media sosial cukup efektif untuk menjual produk busana syar’i. “Yang kedua tentu pertemanan. Dari komunitas pertemanan ini saling support satu dengan lainnya,” beber Sari.
Sari yang berasal dari Jakarta ini mengaku beruntung tinggal di Bandung. Menurut dia, Bandung cukup kondusif untuk melakukan eksplorasi ide khususnya bagi perkembangan mode tak terkecuali busana syar’i. “orang Bandung itu kreatif-kreatif,” tandasnya.
Saat ditanya berapa penjulan unit busanaya setiap bulan? Sari menjawab diplomatis. Dia hanya memberi kode “Lumayan bisa buat biaya hidup,” ucapnya sembari tertawa. [RAN]