[JAKARTA, MASJIDUNA] – Bila selama ini upacara peringatan kemerdekaan digelar setiap tanggal 17 Agustus, namun kali ini sejumlah komunitas seperti Persaudaraan Cinta Tanah Air (PCTA), Organisasi Shiddiqiyyah dan ormas lainnya menggelar upacara pada 18 Agustus. Upacara peringatan Hari Berdiri RI ini baru pertama kali di Indonesia
Menurut Ketua Situs Persada Soekarno Kushartono peringatan hari berdiri Republik Indonesia ditandai dengan akte kehaliran NKRI melalui keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 yang menetapkan UUD Negara Republik Indonesia dan penetapan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
“Berdirinya sebuah negara adalah sebuah peristiwa besar yang tidak boleh kita lupakan. Kita juga tidak boleh melupakan Hari Kemerdekaan Bangsa 17 Agustus 1945,” kata Kushartono dalam siaran pers yang diterima MASJIDUNA, Jumat (16/8/2019).
Kushartono yang juga Ketua DPC PCTA Kediri ini menyebutkan, upacara tersbeut bakal digelar di Situs Persada Sukarno Ndalem Pojok di Kediri. Ia menuturkan proses upcara sama dengan upacara bendera merah putih pada umumnya. “Hanya dalam upacara yang akan digelar ini pembina upacara akan membacakan akte kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia,” sebut Kushartono.
Ketua Panitia Penyelenggara Wasbir Kaffa menambahkan upacara peringatan hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia sudah menjadi tradisi tiap tahun digelar. Namun, belum sekalipun ada peringatan hari berdirinya NKRI, meski sudah 74 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri.
“Padahal, proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang diikuti berdirinya NKRI keesokan harinya merupakan dua peristiwa bersejarah terpenting pada bangsa ini yang patut disyukuri,” kata Wasbir.
Karena itu, tambah Wasfir, pihaknya akan menggelar dua kali upacara di nDalem Pojok, upacara peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus 2018 dan upacara peringatan berdirinya Negara Republik Indonesia pada 18 Agustus.
“Realitasnya saat ini, belum banyak yang sadar akan dua karunia besar dari Yang Maha Kuasa ini. Sehingga, banyak yang mencampuradukkan makna Kemerdekaan Bangsa dan berdirinya Negara ini,” sebut Wasbir. [FAR]