Jalan Panjang Muhamadiyah Membangun Bangsa

[JAKARTA, MASJIDUNA]  —  Berusia satu abad lebih bagi sebuah organisasi kemasyarakatan keagamaan seperti Muhamadiyah bukanlah usia yang pendek. Tepatnya, 110 tahun. Kiprah organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan, sang pencerah itu memiliki jalan panjang dalam perannya membangun bangsa Indonesia.

Itu pula yang diutarakan Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dalam Pengajian Bulanan Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat (9/8) kemarin.

“Muhammadiyah berjasa dan berperan besar dalam membangun Indonesia mulai dengan membentuk peradaban masyarakat madani sebelum membentuk negara seperti yang dilakukan oleh Rasulullah di Madinah,” katanya.

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia itu menilai, warga Muhamadiyah sepatutnya bersyukur atas peran besar yang dimiliki dalam mendirikan dan membangun peradaban bangsa Indonesia. Sederet nama pahlwan yang notabene warga Muhamadiyah. Seperti Bung Karno, Ibu Fatmawati, Kasman Singodimejo, Ki Bagus, Djuanda, Jenderal Soedirman dan masih banyak tokoh nasional lainnya.

“Tugas kita belum selesai. Harus terus menyumbang untuk negeri,” ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Peneliti Sejarah Muhammadiyah, Muhammad Yuanda Zara, berpendapat sejatinya Muhamadiyah telah membentuk masyarakat madani sejak 1920-an. Setidaknya berbagai bibit penyemai kemerdekaan telah dilakukan. Mulai memberantas buta huruf melalui pendirian berbagai sekolah. Bahkan mengenalkan  ilmu kedokteran.

Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni menambahkan,  peran besar peradaban sedianya menjadi jadti diri Muhamadiyah. Hal itu terangkum dalam mukadimah anggara dasar Muhamadiyah.

“Maka kewajiban kita untuk merenungkan dan mengkaji sejarah ini untuk mempersembahkan apa yang terbaik bagi negara ini. Dan itulah peran Muhammadiyah,” katanya.

Sementara Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unversitas HAMKA, Desvian Bandarsyah menilai ingatan tentang masa lampau amatlah mahal. Sebab tanpa ingatan hanyalah menjadi paria. Menurutnya sebagian besar pondasi kemerdekaan pun dibangun Muhamadiyah.

“Tanpa memahami sejarah, kita akan jatuh ke lubang kesalahan yang sama berkali-kali,” pungkasnya. [kha]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *