Begini Keunikan Masjid Jami’ Matraman 

Mulai keaslian bangunan, mimbar beruliskan kaligrafi, hingga kalender dari kayu bertuliskan arab.

Masjiduna.com, Jakarta – Nama Masjid Jami Matraman tentu tak asing bagi masyarakat Jakarta. Masjid yang berlokasi di bilangan Matraman Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat itu, menjadi masjid tertua di Jakarta. Ya, masjid yang didirikan sekamir 1837 itu dibangun oleh pasukan Sultan Agung yang bermukim di tanah Batavia.

Sejumlah peninggalan beserta pernak-pernik masjid menjadi peninggalan sejarah yang terus dijaga keasriannya. Bahkan bagunan masjid yang meski sempat dipugar di beberapa bagian, keasliannya pun tetap terjaga. Bila anda mengunjungi Masjid Jami Matraman,  boleh jadi tanpak depan masjid seperti benteng yang berdiri kokoh.

Mimbar masjid yang acapkali digunakan dalam pidato shalat Jumat dan ceramah ulama dipenuhi dengan tulisan kaligrafi. Bahkan kubah pun berbentuk bundar. Masjid yang di era abad 18 itu diresmikan anak lelaki dari Pangeran Diponegoro, Pangeran  Raden Mas Djonet Dipomenggolo -dikenal dengan Pangeran Djonet-.

Keunikan lainnya, kalender. Ya, kalender yang terdapat di dalam Masjid Jami Matraman bukan sembarang kalender. Sebabnya, kalender tersebut  terbuat dari kayu bertuliskan huruf arab dan angka nasional. Oleh orang Mataram kala itu, kalender  terbuat dari kayu tersebut digunakan dalam rangka untuk mengetahui hari.

Kalender tersebut pun hingga kini masih terus dapat digunakan. Oleh sebagian kalangan, kalender tersebut menjadi bagian dari beberapa ciri khas  Masjid Jami Matraman yang notabene masjid tertua di ibu kota Jakarta. Setidaknya, itu kalender memiliki nilai sejarah tersendiri dari sejarah Masjid Jami Matraman masa lampau hingga kekinian.

Begitu pula makam yang terdapat di depan Masjid Jami Matraman. Bila anda memasuki area masjid, di bagian depan terdapat dua makam yang konon adalah tantara pasukan Sultan Agung Mataram. Meski tidak ada kepastian makan tersebut, ditengarai makam tersebut adalah Wanandari dan Wandansari. Tak jarang, para pengunjung masjid pun menziarahi kedua makam tersebut.

Setidaknya, keberadaan makam menjadi saksi bisu kontribusi pasukan Mataram terhadap keberadaan Masjid Jami Matraman. [hdt]

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *