Ventilator Buatan Masjid Salman Siap Didistribusikan

[JAKARTA, MASJIDUNA]—-Di tengah wabah corona yang belum jelas kapan berakhirnya, kabar baik datang dari Masjid Salman dan Rumah Sakit Amal Salman (RAS) ITB, Bandung, Jawa Barat.

Bagaimana tidak, tim pembuatan ventilator sedang ngebut menyelesaikan peralatan medis yang bakal digunakan para pasien covid-19, yang selama ini harus didatangkan melalui impor dengan harga mahal.

Direktur RAS Hari Utomo melalui postingan di facebook membagikan cerita perjuangan tim yan berada di balik pembuatan ventilator yang diberi nama Vent- I ini. Berikut kisahnya:

Kemarin sore sekitar pukul 16.00, hari senin 11 mei, Dr. Syarif Hidayat meninggalkan komplek Masjid Salman ITB untuk pertama kali setelah hampir 45 hari penuh itikaf memimpin tim inventor dan engineering mengembangkan ventilator.

Betul hampir 45 hari tidak pulang kerumah bertemu dan bercengkrama dengan anak dan cucu di bulan Ramdhan ini. Semua perbekalan dan perlengkapan keperluan sehari hari dikirim dari rumah. Setiap hari Dr. Syarif beraktivitas dan tidur di ruang VIP diantara sofa sofa. Tidur dengan hanya ditemani puluhan komponen ventilator seperti motor listri, blower, casing dan masker di ruang VIP. Tidur kurang dari 4 jam sehari menjadi ritual harian, bahkan kurang kalau sedang ada ide untuk upgrade ventilator.


Semua tim pengembang ventilator yang hadir terharu mengantarkan Dr. Syarif Hidayat menuju mobil yang akan mengantarkan pulang. Kita memahami bahwa istirahat dan bertemu keluarga akan menjadi energi baru untuk melanjutkan pengembangan ventilator.
Tim dokterpun yg dipimpin oleh Dr. Ike dan dr. Reza, memastikan bahwa sebelum pulang harus dilakukan rapid test covid untuk memastikan kondisi sehat dan bebas covid 19. Maklum setelah 45 hari bertemu dengan ratusan orang serta perjalanan perjalanan ke Jakarta untuk menyerahkan ventilator, resiko tertular covid19 sangat tinggi. Jangan sampai keluarga baik istri dan anak cucu tertular virus yg berbahaya ini.


Pulangnya Mas Syarif juga menandai bahwa tugas tim riset dan development Vent-I sementara sudah mulai berkurang. Tim R&D dan engineering yang terdiri dari beberapa orang dan di dukung para dosen FTMD, Desain Produk FSRD ITB dan Elektro ITB hampir setiap hari begadang untuk mengejar dead line penyelesaian desain ventilator, uji BPFK, modifikasi desain, dan uji kalibrasi untuk memastikan kinerja ventilator. Terimakasih Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah yang sudah mendukung penuh para dosen dan mahasiswa ITB untuk mengembangkan Ventilator yang saat ini sangat dibutuhkan Bangsa Indonesia melawan Covid19 yang saat ini di dunia sudah menginveksi 4,1 juta orang dan 283.000 kematian.

Ini merupakan bagian dari penerapan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian dan pengembangan serta pengabdian pada masyarakat.
Ada empat tim yg melanjutkan percepatan produksi dan distribusi ventilator ke seluruh Indonesia.


Yang pertama adalah tim dokter yang setelah melakukan pendampingan pembuatan desain dan uji ventilator, saat ini sedang sibuk melakukan uji klinis ventilator di rumah sakit. Ada empat orang dokter yg sangat intens untuk persiapan uji klinis. Ada Dr. Ike SR, dr. Reza, Dr. Rully dan dr. Dadang, yang semuanya alumni Fakultas Kedokteran UNPAD dan staf dosen. Mereka harus mempersiapkan bahan presentasi untuk ethical clearance, dokumen uji klinis, mencari rumah sakit untuk uji klinis, mengurus ijin ke kemenkes RI, mencari pasien yang tepat. Dan ini tidak mudah teman teman. Ada rumah sakit yang ribet meminta dokumen ini itu, persetujuan dari kemenkes dan lain lain.

Meskipun sudah disiapkan 11 ventilator ternyata di awal awal sukar sekali dapat pasien yang tepat. Untunglah saat ini sudah mendapatkan 10 pasien yg diperlukan dan sudah mulai membuat laporan hasil uji klinis. Ucapan terimakasih pantas kita berikan kepada Kemenkes RI yang proaktif membantu dan memberikan dukungan penuh tim dokter uji klinis Ventilator CPAP Vent-I.


Uji klinis alat kesehatan merupakan amanat undang undang agar setiap peralatan medik yang akan di edarkan harus memenuhi syarat keamanan bagi para tenaga medik dan para pasien. Dan iji klinis ini harus dilaporkan kementerian Kesehatan.
Tim yang kedua adalah tim produksi yang saat ini sedang kejar tayang untuk menyelesaikan produksi ventilator Vent-I. Tim ini terdiri dari para mahasiswa ITB, Politeknik Manufaktur (Polman Bandung), Politeknik Bandung (Polban), UPI, SMK dan PTDI. Dibawah bimbingan para dosen dan senior supervisor yang sudah berpengalaman mereka tancap gas kejar produksi. Budaya kerja yang kuat, etos kerja yang tinggi serta fasilitas workshop yang mumpuni sangat mendukung upaya kejar produksi ventilator baik di politeknik maupun yg di GSG Salman.
Ditargetkan minimal 100 ventilator Vent-I hasil donasi dari perusahaan, donatur perorangan dan penggalangan dana masyarakat bisa di selesaikan minggu ini. Terimakasih kepada para donatur yang telah dengan sabar menunggu produksi ventilator ini.

Yang ke tiga tim distribusi ventilator yang berkantor di Masjid Salman ITB. Tim ini bertugas untuk mempersiapkan data data rumah sakit penerima ventilator baik yang rujukan maupun RS pendukung. Berkoordinasi dgn tim dokter Vent-I serta para direktur rumah sakit dan Kepala Dinas Kesehatan daerah untuk memastikan rumah sakit penerima donasi. Jangan sampai salah sasaran dalam distribusi.


Di bawah koordinasi Kamal Muzaki, direktur Rumah Amal Salman, tim ini kerja full speed untuk memastikan ventilator yg sdh datang dari workshop secepatnya di lakukan QC, sterilisasi, pendataan dan persiapan pengepakan. Sistem delivery pun disiapkan untuk pengiriman ventilator ke seluruh rumah sakit di Indonesia meskipun diprioritaskan rumah sakit yang memiliki pasien covid19.
Yang ke empat tentu bagian komersialisasi yg di kelola oleh PT. Rekacipta Inovasi ITB. Perusahaan ini yg ditunjuk untuk komersialisasi CPAP Ventilator Vent- I. Saat ini sudah banyak yang berkomitmen untuk membeli Vent- I, diantaranya Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Pemda Jawa Barat, Pemda DKI Jakarta. Komitmen itu harus di follow up menjadi kontrak pembelian secepatnya agar pengadaan komponen ventilator menjadi pasti. Tanpa adanya kontrak pembelian tidak mungkin melakukan pengadaan komponen.


Dari pada meminta bantuan ventilator gratis dari negara lain, lebih baik membeli ventilator karya anak bangsa. Kebanggaan kita sebagai sebuah bangsa dipertaruhkan, apalagi potensi pandemi kedua akibat mudik sudah di depan mata.

(IMF/foto:masjidsalman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *