Sheikh Sudais : Kebebasan Berekspresi Tak Harus Menghina Simbol Agama

“Penghinaan yang seperti ini sebenarnya melayani orang-orang yang berpikir radikal yang ingin menyebarkan kebencian antara komunitas kemanusiaan. Sementara Islam bersih dari semua ini”.

[JAKARTA, MASJIDUNA]— Nama Emmanuel Macron belakangan terakhir dikenal seantero dunia. Hanya saja akibat ulahnya yang mengeluarkan pernyataan penghinaan terhadap Islam dan membiarkan pencetakan karikatur Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam membuat orang nomor satu di Prancis itu menuai protes dari banyak negara dan umat muslim.

Kepala Presidensi Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci, Sheikh Abdur-Rahman Al-Sudais pun angkat bicara. Melalui mimbar Jumat (30/10) di Masjidil Harram Makkah, Arab Saudi, Sheikh Abdur-Rahman Al-Sudais berpesan agar tidak saling mengeluarkan ejekan atau makian terhadap simbol agama.

“Sesungguhnya kami melancarkan dari mimbar yang mulia ini-mimbar kebaikan, kebenaran dan perdamaian- seruan yang tulus secara global kepada seluruh dunia di segala penjuru dan tempat, agar berhias dengan akhlak Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam, penyeru kepada perdamaian yang menyeluruh, kasih sayang yang sempurna antara pengikut syariat yang berbeda-beda tanpa menyakiti atau berselisih, atau mengeluarkan ejekan atau makian terhadap semua simbol agama, khususnya pribadi para Nabi yang suci shalawatullahi ‘alaihim ajma’in,” ujarnya.

Mengatasnamakan satu miliar delapan ratus juta orang beragama Islam,  Sheikh Sudais mengecam tegas ulah penghina Islam dan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Selain itu menentang dengan keras berbagai pernyataan tang bertindak lalim terhadap kedudukan kenabian beserta risalahnya.

Wabil khusus Nabi besar  Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Baginya, pembuatan karikatur Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam merukan bentuk penghinaan. Bahkan aksi buruk. Termasuk bagian dari terorisme dan radikalisme yang mengobarkan kebencian dan rasisme yang amatlah dibenci.

Sheikh Sudais berpandangan, kebebasan berekspresi tidak harus melakukan penghinaan. Apalagi mengolok-olok kesucian dan simbol agama tertentu. Setidaknya agar saling menghormati kepercayaan maupun simbol agama masing-masing. Namun demikian, penghinaan terhadap simbol agama maupun Islam merupakan pelanggaran terhadap etika maupun adat istiadat. Sehingga pelakunya pun ditolak keras.

Menurutnya kebebasan berpendapat dan bereskpresi sejatinya saling menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai perasaan orang lain. Sebaliknya bila menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan, maka telah merusak definisi moral bagi kebebasan yang sesungguhnya.

“Penghinaan yang seperti ini sebenarnya melayani orang-orang yang berpikir radikal yang ingin menyebarkan kebencian antara komunitas kemanusiaan. Sementara Islam bersih dari semua ini dan yang demikian,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Macron tak melarang pencetakan karikatur Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang sempat menjadi kontroversi sejak Kamis (22/10). Bagi Macron, gal tersebut menjadi bagi kebebasan berekspresi. Pernyataan Macron pun menimbukan kemarahan dunia Islam dan banyak warga Arab. Pasalnya, menggambar atau gambar Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam merupakan dilarang dalam ajaran agama Islam.

Tak hanya itu, Macron menyebut Islam sebagai teroris pasca adanya pemenggalan kepala seorang guru sejarah di Paris. Samuel Paty namanya, setelah mendiskusikan dan memperlihatkan gambar yang disebutnya sebagai Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

[AHR/Antara/Foto:umrahnews.com]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *