Perlu Memperbanyak Pesantren Muhammadiyah

Sebab 7 dari 34 Provinsi belum terdapat satupun pesantren Muhammadiyah.  Data menunjukan hanya terdapat 402 pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

[BANDUNG, MASJIDUNA] — Data pesantren milik Muuhammadiyah masih tergolong minim dibandingkan dengan amal usaha lainnya seperti di bidang pendidikan. Setidaknya hanya terdapat 402 pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Meski menggembirakan  capaian jumlah pesantren, namun perlu memperbanyak lagi berdirinya lembaga pendidikan pesantren Muhammadiyah.

“Pesantren Muhammadiyah masih sedikit dan masih belum merata, belum terkelola secara profesional, belum menghasilkan lulusan dengan kualifikasi yang diharapkan dan belum didukung data yang akurat,” ujar  Ketua  Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah  (LP3M) PP Muhammadiyah Maskuri dalam  kajian Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan PW ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Selasa (11/01) kemarin.

Dia mengakui secara kuantitatif jumlah pesantren Muhammadiyah masih sedikit. Padahal, pondok pesantren berbasis melahirkan kader yang tafaqquh fiddin. Yakni kader yang penguasaan agamanya bagus. Di Muhammadiyah memang terdapat LP3M yang mengurusi pesantren. Namun lembaga tersebut baruu berdiri saat Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar.

Baca juga: Empat Pesan Ketua Umum Muhammadiyah di Milad ke-109

Dia membeberkan dari 34 provinsi di Indonesia, pesantren Muhammadiyah hanya berada di 27 provinsi. Sementara sisanya 7 provinsi seperti Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua belum terdapat satu pun  pesantren (Muhammadiyah, red).

“Saya kira ini PR,” katanya.

Bagi Maskuri, keberadaan pesantren Muhammadiyah bertujuan menyiapkan santri yang memiliki kemampuan mumpni dan menjadi kader ulama  serta zu’ama. Minimal menjadi pendidik yang mampu berjuang dan berkontribusi positif bagi pembangunan dan kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara.

Selain itu, dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antarumat beragama. Serta  menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat guna menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis. Hal lainnya, profil lulusan pesantren Muhammadiyah harus bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, berpikir maju, mampu membaca Al Quran, memiliki hafalan minimal 5 juz.

Baca juga: Muhammadiyah Penyeimbang Menjawab Tantangan Kontemporer

Kemudian  hafal 250 hadis, menjadi pendidik, mandiri dan berjiwa wirausaha, memiliki kompetensi kepemimpinan, memiliki keterampilan sosial, mampu membaca turats, dan mahir berbahasa Arab dan Inggris. Dia pun berharap ke depannya hingga 2040 dapat mendirikan pesantren Muhammadiyah yang modern, bertata kelola profesional dan islami.

“Serta menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan berwawasan internasional, dan secara kuantitatif bertambah serta merata di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

[AHR/Muhammadiyah/ilustrasi: langit7]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *