
Bersyukur dan bersabar menjadi pegangan dalam menjalani hidup atas segala karunia dan ujian dari -Nya.
[JAKARTA, MASJIDUNA] — Memiliki harta yang berlimpah sedianya menjadi keinginan banyak orang. Selain dapat mencukupi semua kebutuhan, boleh dibilang dari aspek keduniaan menjadi tenang. Namun jangan bersenang dulu, bahwa rezeki tak melulu dengan persoalan harta benda dan penghasilan. Namun pula berbagai kemewahan.
Ada sebuah pepatah yang menyebutkan, “Dimewahkan bukan berarti dimuliakan, disempitkan bukan berarti dihina”. Pepatah itu boleh jadi menjadi pengingat setiap insan manusia. Sejatinya rezekki telah ada aturannya. Serta takarannya bagi masing-masing manusia.
Sebab rezeki, jodoh dan maut telah tercatat dalam kitab Lauhul Mahfudz. Nah pernahkah kita menyadari bahwa apapun rezeki yang kita dapat merupakan sebuah ujian?. Namun sayang, sebagian orang merasa malu bila sempit rezekinya. Sebaliknya, bagi sebagian orang yang sedang berlimpah rezeki, malah merasa mulia lantaran merasa lebih kaya dan berkuasa.
Padahal, tolak ukur rezeki bukanlah soal kaya ataupun miskin. Diberikan anak-anak soleh, kesehatan dan begitu pula kesempatan dalam hidup. Hal itu semua menjadi bagian dari rezeki.
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Al-Fajr ayat 15: “Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Rabbku telah memuliakanku”. Kemudian ayat 16, Allah Subhanahu Watta Ala berfirman: “Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya Maka Dia berkata: “Rabbku menghinakanku“.
Merujuk pada Surat Al-Fajr, Allah sejatinya memberi rezeki boleh jadi pada orang yang Dia cintai, atau sebaliknya. Begitupun Allah menyempitkan rezeki pada pada orang yang Dia cintai ataupun sebaliknya. Perlu ditelaah, ketika seseorang dilapasngkan dan disempitkan rezeki perlu dilihat dari ketaatannya dalam menjalankan ibadah kepada Allah dalam dua keadaan.
Bila saja seseorang notabene berkecukupan, lantas bersyukur kepada Allah, inilah sikap dan tindakan yang benar. Begitupun sebaliknya, ketika dalam kondisi serba kekurangan, ia pun bersabar. Prinsipnya, dua kunci yang mesti menjadi pegangan dalam menjalani hidup adalah bersyukur dan sabar atas segala karunia dan ujian dari Allah kepada hambanya
Pada akhirnya syukur dan sabar menjadi amal hidup yang mesti dijalani secara konsisten. Sulit memang, namuun dengan berserah diri kepada Allah, Insya Allah hidup menjadi lebih ringan. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bissawab…
[redaksi/ilustrasi gambar :inet]
