Jumat di Hagia Sophia, Akhir Sekularisme Turki?

[JAKARTA, MASJIDUNA]— Keputusan pengadilan Turki 10 Juli itu disambuat suka cita sebagian warga Turki dan masyarakat muslim dunia. Keputusan itu dinilai bersejarah, karena kembali memfungsikan Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.

Dan pada Jumat (24/7/2020), ribuan warga Turki dan masyarakat dunia yang ada di sana, berkumpul di masjid tua tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun turut hadir membacakan Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah sebelum salat Jumat dimulai.

Suasana terasa haru. Ribuan jamaah yang tidak tertampung mengambil tempat di luar masjid sambil bermasker. Salat Jumat berjalan aman.

Inilah untuk pertama kalinya sejak Turki menyatakan diri sebagai negara sekuler (dimulai dari pemerintahan Kemal Attaturk), Hagia Sophia dijadikan masjid. Dan bisa jadi inilah salat Jumat yang paling menarik perhatian dunia.

Keputusan Erdogan yang memantik perdebatan dan kecaman sebagian pemimpin dunia di Barat itu, seolah menafikan ideologi Turki selama ini, yang ingin jadi sekuler dan sejajar dengan negara-negara Barat seperti yang dicita-citakan Attaturk.

Semenjak Erdogan berkuasa, Turki memang terlihat semakin islami dan meninggalkan sekularismenya. Bahkan dalam kancah internasional, Turki pun sering memainkan peran membela negara-negara Islam seperti Palestina. Meski punya hubungan diplomatik dengan Israel, namun posisi Erdogan terbilang keras terhadap Israel. “Tidak ada perbedaan antara obsesi (pemimpin Nazi Jerman Adolf) Hitler dengan ras Aria dan pemahaman Israel bahwa tanah kuno ini hanya dimaksudkan untuk orang Yahudi,” katanya dalam sebuah pidato pada 2018 silam.

Terlepas dari motif politik keberpihakan Erdogan kepada kelompok Islam, namun hal itu seperti tanda bahwa sekularisme di Turki mulai ditinggalkan oleh pemimpinnya. Apalagi banyak rakyat Turki yang menyambut hangat keputusan Erdogan tersebut.

(IMF/foto:rtr.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *