Anti Toleransi di Swedia dan Norwegia

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Swedia dan Norwegia dikenal sebagai negara yang adem ayem di Eropa. Namun kejadian pekan lalu, menghentak masyarakat dunia. Kitab Suci Al-quran dibakar dan diludahi.

Kasus bermula ketika politikus asal Denmark, Rasmus Paludan, yang dikenal anti-Islam dilarang menghadiri aksi pembakaran Al-Qur’an di Swedia. Akibatnya sekitar 300 orang turun ke jalanan wilayah Malmo melemparkan batu ke arah polisi dan membakar ban sebagai tanda protes, Jumat (28/8).

Rupanya kasus itu tak berhenti di sana. Dua hari kemudian, Minggu (30/8/2020) di Oslo, Norwegia, para demonstran kembali turun ke jalan dengan aksi kekerasan. Dipicu oleh aksi merobek dan meludahi quran oleh seorang perempuan yang ikut dalam aksi, kerusuhan tak terelakan.

Unjuk rasa yang diorganisir oleh kelompok Stop Islamization of Norway (SIAN) tersebut, berlangsung di dekat gedung parlemen. Wanita itu sebelumnya telah didakwa dan dibebaskan atas dakwaan ujaran kebencian.

Dua kasus di Swedia dan Norwegia ini telah menimbulkan tanda tanya masyarakat Islam di Indonesia. Inikah negara yang disebut toleran dan menghargai hak asasi manusia (HAM)?

Tidak kurang dari Sekjen Muhammadiyah Abdul Mu’ti yang meminta penjelasan kepada dua perwakilan dua negara tersebut agar jelas duduk perkaranya.

“Kasus pembakaran Al-Qur’an memperkuat adanya islamophobia di Eropa dan negara-negara Barat. Begitu pula dengan peludahan Al-Qur’an di Norwegia. Saya menduga terjadinya kasus yang hampir bersamaan bukanlah kejadian yang kebetulan. Nampaknya sedang ada pihak yang bermain api,” katanya, Senin (31/8/2020).

Meski aksi kekerasan dan tidak menghargai nilai kemanusiaan itu, Mu’ti menghimbau masyarakat Islam di Indonesia tetap tenang. “Umat Islam di Eropa, termasuk di Indonesia dapat menahan diri. Kasus pembakaran dan peludahan Al-Qur’an bukan konfrontasi Islam dengan Kristen atau Yahudi. Mereka adalah kelompok yang anti-Islam,” tambah guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini.

Kasus pembakaran quran jelas menunjukkan sikap anti terhadap nilai-nilai toleransi. Hal itu sedang menanjak di beberapa negara Eropa. Toleransi adalah milik warga yang menjunjung tinggi penghormartan terhadap perbedaan keyakinan. Bukan milik satu ras tertentu saja.

(IMF/foto: pixabay.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *